Sebuah perbuatan baik yang dapat menghapuskan Dosa
“Sesungguhnya
perbuatan-perbuatan yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang
buruk” (Qs. Huud: 114)
Perbuatan baik
(‘amilunshalihan), merupakan konsep-konsep kunci di dalam Al-Qur’an. Dalam
bahasa Arab, kata kebaikan terdiri dari arti baik dan bermanfaat. Dalam
istilah Al-Qur’an, segala hal yang diniatkan untuk mencari keridhaan Allah
adalah perbuatan baik. Keselamatan seseorang tidak semata bergantung kepada
iman, tanda-tanda keimanan yang ikhlas dan perbuatan baik juga menyelamatkan
jiwa. Syahadat yang tidak disertai menjalankan perintah agama, tidak akan
menyelamatkan seseorang.
مَا مِنْ قَوْمٍ اجْتَمَعُوا يَذْكُرُونَ اللَّهَ لاَ يُرِيدُونَ بِذَلِكَ إِلاَّ وَجْهَهُ ، إِلاَّ نَادَاهُمْ مُنَادٍ مِنَ السَّمَاءِ أَنْ قُومُوا مَغْفُورًا لَكُمْ قَدْ بُدِّلَتْ سَيِّئَاتُكُمْ حَسَنَاتٍ
Tidaklah suatu kaum berkumpul mengingat Allah, tidak
menginginkan kecuali Wajah-Nya, kecuali akan ada penyeru dari
langit:”Bangkitlah dalam keadaan diampuni, keburukan-keburukan kalian telahdiganti dengan kebaikan (H.R Ahmad, dishahihkan oleh Syaikh al-Albany)
Atha’ bin Abi Robaah –salah seorang tabi’i (murid Sahabat Nabi Ibnu
Abbas, Ibnu Umar, Abu Hurairah) berkata: Barangsiapa yang duduk di (satu) majelis dzikir, Allah akan
hapuskan baginya 10 majelis batil (yang pernah diikutinya). Jika majelis dzikir
itu dilakukan fii sabiilillah, bisa menghapus 700 majelis kebatilan (yang
pernah diikutinya). Abu Hazzaan berkata : Aku bertanya kepada Atha’ bin Abi Robaah: Apa yang dimaksud
dengan majelis dzikir? Atho’ menjelaskan: (majelis dzikir) adalah majelis (yang
menjelaskan) halal dan haram, tentang bagaimana sholat, berpuasa, menikah,
thalak, dan jual beli (Hilyatul Awliyaa’ karya Abu Nu’aim (3/313), al-Bidayah wanNihaayah karya Ibnu
Katsir(9/336)).
Namun, yang bisa dihapus dengan perbuatan-perbuatan baik (ibadah) itu
adalah untuk dosa-dosa kecil saja, sedangkan dosa besar hanya bisa dihapus
dengan taubat nashuha. Syarat taubat nashuha adalah bertaubat dengan ikhlas
karena Allah semata, menyesal secara sungguh atas perbuatannya, meninggalkan
perbuatan maksiat tersebut, bertekad kuat untuk tidak mengulangi lagi
selama-lamanya, dan jika terkait dengan hak hamba Allah yang lain, ia harus
meminta maaf (minta dihalalkan).
Demikianlah Saudaraku, perlu diingat bahwa dosa yang kita lakukan akan
berdampat negatif terhadap keimanan, kejiwaan, rezeki, dan seluruh keadaan
kita. Sungguh tiada suatu bala’ (musibah) turun menimpa manusia kecuali karena
dosa. Petaka tidaklah dicabut kecuali dengan taubat dan amal shalih. Mari kita
banyak-banyak mengaca diri dengan memperbaiki kondisi. Semoga Allah Subhanahu
wa Ta’ala akan mengubah keadaan menjadi baik dan diberkahi.
Komentar
Posting Komentar